Ada sebuah istilah yang selalu diucapkan oleh banyak orang tentang guru, guru digugu dan ditiru. Kalimat ini secara tidak langsung sudah menjadi sebuah kaidah keguruan bagi masyarakat kita. Bahwa siapapun yang menjadi guru maka ia harus dapat digugu dan ditiru.
Namun bagi seorang guru, kalimat ini bermakna amat dalam dan berat, karena secara tidak langsung masyarakat kita menuntut bahwa setiap guru harus mampu digugu dan ditiru.
Kalimat digugu dan ditiru tentu memiliki makna bukan hanya apa yang guru ucapkan atau perintahkan diikuti oleh siswanya namun juga sikap dan prilakunya harus layak untuk ditiru. Dan ini tentunya tidak hanya berkaitan dengan kemampuan guru untuk mengajar dan mentransfer ilmu pengetahuan saja, namun akan sangat erat dengan urusan tauladan/qudwah.
Guru sebagai figur sentral dalam pendidikan memang harus memiliki kemampuan dan keterampilan, kemampuan untuk menyampaikan dan keterampilan untuk menunjukan apa yang disampaikannya.
OPINI LAINNYA:
[OPINI] Urgensi Pendidikan Karakter di Era 4.0
Guru Lebih Penting Daripada Metode Belajar
Antara Linieritas, Kreativitas, dan Produktivitas
Hal ini sebenarnya sudah ada dalam kompetensi wajib yang harus dimiliki oleh seorang guru, setidaknya ada 4 kompetensi dasar guru yang harus dimilikinya, kompetensi sosial, profesional, pedagogik dan kepribadian.
Seorang guru bahkan lebih effektif mempengaruhi siswanya dengan apa yang mereka tunjukan bukan sekedar dengan apa yang dikatakannya, dan akan terjadi kondisi yang sebaliknya, apa yang dikatakan oleh seorang guru jika tidak tampak pada sikap guru tersebut akan menjadi hal yang mengugurkan apa yang disampaikannya.
Seorang siswa akan mudah menuruti apa yang gurunya sampaikan jika dia melihat hal itu ada pada prilaku gurunya, dan sebaliknya siswa malah akan mencibir atau bahkan mencemooh apa yang dikatakan oleh gurunya karena gurunya sendiri tidak melakukan apa yang dikatakannya.
Hal ini tentu menjadi tantangan berat bagi seorang guru, bahkan banyak diantara orang yang berprofesi sebagai penyampai/pengajar akhirnya tidak berani menyampaikan sesuatu yang tidak dilakukannya, bahkan dalam Al Qur’an sendiri dikatakan “...amat besar kebencian di sisi Alloh bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (Ash-Shaff: 2-3).
Kaidah di atas tentunya berlaku badi semua orang agar tidak hanya pandai mengatakan tapi tidak mampu melakukannya, terlebih bagi guru kekuatan dari apa yang dikatakan pada siswanya berada pada sejauh mana kemampuannya melakukan apa yang dikatakannya tersebut. Ini pulalah hal yang menjadi kunci pendidikan karakter, yaitu hadirnya figur, contoh, tauladan.
Pendidikan karakter selama ini masih dipandang belum berhasil karena miskin figur/miskin contoh manusia berkarakter itu sendiri dalam kehidupan nyata.
Ketika anak diajarkan jujur namun yang mereka lihat adalah parade ketidak jujuran mulai dari orang dewasa terdekat di rumahnya hingga ke level negaranya, ketika anak diajarkan tentang kesantunan namun yang ia lihat dan tonton adalah perkelahian dan intrik saling menjatuhkan.
Saatnya anak-anak kita mendapatkan tauladan bukan sekedar cerita ketauladanan.
Dadan Hermawan, M.Pd, Penulis adalah Guru SDN Pelita Karya Jalancagak Subang.
FOLLOW SOCMED:
FB & IG: TINTAHIJAUcom
IG & YT: TINTAHIJAUcom
"opini" - Google Berita
February 07, 2020 at 10:55PM
https://ift.tt/39teocr
[OPINI] Guru Harus Mampu Digugu dan Ditiru - TINTAHIJAU.com
"opini" - Google Berita
https://ift.tt/2Fl45Kd
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
No comments:
Post a Comment