Oleh Marjono
Kasubag Materi Naskah Pimpinan Pemprov Jateng)
Corona telah meluluhlantakkan daya hidup ekonomi kaum miskin kota dan desa. Betapa tidak, sector pertanian dengan menjual hasil bumi ke kota pun sekarang sudah sulit, dan mereka yang terpental dalam kemuurngan kota untuk sekadar berjualan kopi, seperti hanya nenek Rubiyem (narsumber) ILC (24/3/2020) sudah terengah-engah tidak sedkit bahkan nihil pembeli.
Itu hanya bagian contoh pedihnya dampak corona bagi rakyat kita yang hidup di bawah-bawah. Sebagian lagi, orangtua yang punya beban membiayai anak-anaknya yang masih kuliah dengan kewajibannya membayar uang kuliah tunggal (UKT) pun terseok-seok untuk melunasinya. Karena tulang punggung ekonomi yang bergantung di sektor ekonomi subsisten begitu rentan menghadapi corona yang makin bikin pengap kocek keluarga.
Belum lagi, ketika dalam satu keluarga tak hanya satu anak yang kuliah yang menjadi tanggungannya, tapi bisa dua atau tiga anak sekaligus mendulang ilmu di bangku perguruan tinggi. Usaha-usaha sudah sulit ditambah keadaan yang semakin membuat semuanya semakin berat.
Saat mendikbud menyerukan anak sekolah dan mahasiswa belajar di rumah, di rumah saja dengan tetap mengerjakan tugas-tugas akademik secara on line, rasanya semakin bengap ekonomi keluarga.
Bayangkan saja, artinya harus ada tambahan alokasi anggaran untuk membeli kuota internet dalam keluarga. Kalau satu anak, masih agak ringan, namun lagi-lagi sewaktu anak yang sekolah dana tau kuliah lebih dari satu, maka otomatis dana berinternet pun membengkak.
Pihak sekolah atau kampus bahkan pemerintah nampaknya belum menuntaskan problematik ini sehingga menjadi win-win solution bagi keluarga, bagi anak dan lembaga pendidikan. Semua menambah dekil kantong ekonomi keluarga. Belum kalua ada keperluan mendesak dan penting lainnya yang tak bisa tertunda.
Untuk itu, pengurangan biaya UKT mahasiswa nampaknya mendesak dilakukan oleh negara, karena jika tidak mereka sebagai asset bangsa tak menutup kemungkinan akan terdampak pada titik putus kuliah (dropout). Inilah moment yang tidak pernah kita bayangkan selama ini.
Khusus, anak sekolah, mungkin tidak begitu butuh penyediaan pos dana baru bagi kelangsungan pendidikan anak-anaknya, karena sekolah dari SD hingga SLTA sudah digratiskan pemerintah. Kecuali memang memerlukan anggaran lain, yakni pembelian kuota internet untuk mengerjakan tugas sekolah dan ujian sekolah yang berbasis daring.
"opini" - Google Berita
March 27, 2020 at 10:46AM
https://ift.tt/2WMvnTV
OPINI Marjono : Corona dan UKT Mahasiswa - Tribun Jateng
"opini" - Google Berita
https://ift.tt/2Fl45Kd
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
No comments:
Post a Comment