Rechercher dans ce blog

Sunday, April 19, 2020

OPINI Antoni M Laot Kian : Membumikan Hati pada Kuliah Daring - Tribun Jateng

Oleh Mr Dr  Antoni M. Laot Kian

Dosen Fakultas Hukum dan Komunikasi Unika Soegijapranata

Dunia sedang berubah. Peradaban manusia sedang diuji. Yuval Noah Harari, filsuf dan Guru Besar Sejarah di Universitas Hebrew, dalam Homo Deus (2015), menyebutkan bahwa sepanjang sejarah kehidupan, manusia diuji dengan kelaparan, perang dan penyakit.

Lepas dari katastrofe yang terjadi, baik kelaparan, perang, maupun penyakit, semuanya menantang manusia untuk semakin mengembangkan kemampuan kognisinya. Benarlah kata Edward Forsett, dramaturg Inggris dalam Pedantius, “tempora mutantur, et nos mutamur in illis”, waktu berubah, dan kita pun berubah seiring dengannya. Revolusi industri, sejak 1.0 hingga 4.0 atau era disrupsi, menjadi bukti perubahan itu.

Wajah disrupsi 4.0 dalam wujud internet of things, big data, cloud computing, artificial intelligence, akhirnya menjadi terang-benderang, saat Covid-19 mewabah. Kemendikbud pun mendorong perguruan tinggi untuk mengadakan kuliah daring. Setidaknya inilahwujud dukungan Kemendikbud terhadap physical distancing dan work from home. Alhasil, kuliah daring pun ikut mewabah.

Hotline Semarang : Tindak Truk Tronton yang Lintasi Magelung Kaliwungu

Apa Kabar Penjualan Mobil Seken di Kota Semarang? Benarkah Pembeli Terkendala Leasing

Terekam CCTV, Detik-detik PDP Corona di Tegal Kabur dari Ruang Isolasi Dibantu Istri

Siapa Mafia Impor Obat dan Alkes yang Disebut-sebut Erick Thohir?

Kuliah Daring: Teknologi vs Humanitas?

Seperti halnya kuliah konvensional, kuliah daring pun ternyata diberondong oleh berbagai keluhan. Secara teknologi, keluhannya adalah tentang jaringan yang tidak stabil, peralatan komunikasi yang kurang memadai, server web yang tidak siap dan lain-lain. Secara person, kuliah daring memberikan “beban” yang lebih besar.

Bagi dosen, persiapan materi kuliah bukan lagi menjadi hal utama, melainkan teknis penggunaan media daring-lah yang menjadi momok baru. Kekecewaan dosen seringkali muncul ketika materi dan metode yang sudah disiapkannya, ditanggapi dengan pola rumahan alamahasiswa: ada yang kuliah dari kamar, dari jalan, dari warung makan, singkatnya, dari antah-berantah.

Bagi mahasiswa, menumpuknya tugas dalam kuliah daring menjadi santapan yang memuakkan. Banyaknya kuota data yang harus disiapkan, kekecewaan terhadap dosen yang hanya sekadar “menitipkan” materi pada sistem tanpa memberikan penjelasan, pun melengkapi tudingan bahwa kuliah daring itu menyusahkan.

Pada titik tertinggi, kuliah daring diperlawankan dengan humanitas. Kuliah daring menciptakan ruang semu yang tidak punya hati. Persis di sini jugalah letak kekecewaan Harari (2018), di mana dalam beberapa dekade terakhir kemampuan manusia untuk mendengar dan merasakan semakin berkurang, oleh karena teknologi di dunia maya.

Let's block ads! (Why?)



"opini" - Google Berita
April 20, 2020 at 11:51AM
https://ift.tt/2RRv8nk

OPINI Antoni M Laot Kian : Membumikan Hati pada Kuliah Daring - Tribun Jateng
"opini" - Google Berita
https://ift.tt/2Fl45Kd
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

No comments:

Post a Comment

Search

Featured Post

I just paid $9.99 for a carton of 18 eggs. Will prices ever drop? | Opinion - Sacramento Bee

[unable to retrieve full-text content] I just paid $9.99 for a carton of 18 eggs. Will prices ever drop? | Opinion    Sacramento Bee ...

Postingan Populer